Thursday, December 11, 2008

Menaklukkan Tanpa Membunuh

Penemu seni bela diri Judo, Jigoro Kano, pernah menjelaskan bahwa Judo merupakan seni bela diri yang luhur dan mulia, karena falsafahnya adalah: “Menaklukkan tanpa membunuh, mengalahkan tanpa menghancurkan”. Judo juga terbukti hebat, karena dapat dipelajari oleh kaum wanita dan anak-anak, untuk membela diri dari serangan orang-orang bertenaga kuat serta berbadan besar. Hal ini dimungkinkan karena prinsip dasar dari seni bela diri ini adalah apa yang disebut dengan “Principle Of Gentleness” atau Prinsip Kelembutan. Apa maksudnya ?

Kano memberi contoh, bahwa bila lawan kita memiliki tenaga sebesar 30, sementara kita mempunyai tenaga sedikit lebih kuat, misalnya 35, maka dalam suatu pertarungan keras melawan keras, kita akan menang dengan jumlah 35 - 30 = 5. Akan tetapi bila tenaga yang kita punyai lebih kecil dari tenaga lawan, katakan hanya sebesar 15, maka sudah pasti kita akan kalah. Kekalahan yang kita derita adalah sebanyak 30 - 15 = 15. Oleh sebab itu, dalam suatu pertarungan keras lawan keras, siapa yang bertenaga lebih besar sudah pasti akan menang, sedangkan yang tenaganya lebih kecil pasti kalah. Namun, kemenangan si kuat juga sangat tidak efisien, karena butuh banyak pengorbanan dan kerugian. Tidak ubahnya seperti kata peribahasa : “Kalah jadi abu, menang jadi arang”.

Teori itu tidak berlaku dalam Judo, karena seni bela diri ini tidak menganut perbenturan keras lawan keras. Prinsip Judo adalah prinsip “Meminjam Tenaga Lawan”, yaitu teori menggunakan tenaga lawan untuk menundukkan lawan. Meski tenaga kita kecil, dengan teknik meminjam tenaga lawan tersebut, kita akan sanggup mengalahkan musuh yang lebih kuat dan lebih besar, sekaligus dengan hasil berlipat ganda.

Guru Besar Judo ini lebih lanjut menerangkan sebagai berikut : “Bila kita hanya seorang berbadan kecil dan lemah, katakan kekuatan yang kita miliki cuma 10, sedangkan lawan kita jauh lebih besar dan kuat dengan tenaga sebesar 30, maka dengan Judo, kita akan mampu mengalahkan lawan berbadan besar itu dengan hasil sebesar kekuatan kita ditambah kekuatan lawan, yaitu 30 + 10 = 40. Hasil ini tentu jauh lebih efektif dan efisien, bila dibandingkan hasil 30 - 10 = 20 jika lawan berhasil mengalahkan kita dalam suatu pertarungan keras lawan keras..”

Inilah yang dimaksudkan dengan “Principle Of Gentleness” atau Prinsip Kelembutan tadi, yaitu efektivitas, efisiensi, sinergi ditambah falsafah “menaklukkan tanpa membunuh, mengalahkan tanpa menghancurkan”.

Dalam bidang kehidupan yang lebih luas, prinsip tersebut dapat diadaptasi dalam rangka membangun kehidupan sosial dan hubungan antar manusia yang lebih baik. Dalam bidang kepemimpinan, hal ini bahkan merupakan keharusan, bukan sekadar pilihan.

Prinsip Kelembutan mendasari teorinya atas anggapan bahwa manusia itu sebenarnya bersifat baik. Apabila ada orang yang berperilaku tidak baik, culas, jahat dan lain sebagainya, maka itu dianggap disebabkan oleh ketidaktahuan, kebodohan serta kelemahan kepribadian. Oleh karenanya, orang-orang berjiwa pemimpin mempunyai tanggung jawab moral untuk menyadarkan dan mengajak mereka kembali ke jalan yang benar. Menyadarkan orang jahat tidak cukup hanya dengan jalan menghukum mereka secara fisik mau pun secara mental. Sebab, penghukuman yang tidak terarah atau tidak sesuai dengan kondisi jiwa si terhukum, malah bisa mengakibatkan sifat jahatnya makin menjadi-jadi.

Kemudian, Prinsip Kelembutan mengakui bahwa setiap orang pasti memiliki kemampuan dan potensi yang bermanfaat. Tidak ada satu orang pun yang secara keseluruhan hanya mengandung sifat-sifat kejahatan saja tanpa memiliki sedikit pun sisi baik, sebagaimana sebaliknya tidak ada manusia sempurna yang di dalam dirinya secara total hanya terdiri dari hal-hal yang baik dan bagus-bagus saja tanpa memiliki setitik noda negatif. Tugas seorang pemimpin adalah bagaimana untuk sebanyak mungkin menangkap serta memanfaatkan hal-hal baik, tidak saja yang berasal dari orang-orang baik, tetapi juga unsur-unsur baik yang dikandung oleh mereka yang tidak tergolong orang baik. Pemimpin harus berusaha sebisa mungkin agar sekecil apa pun unsur baik yang ada di dalam jiwa seseorang, bisa dikobarkan menjadi kebaikan besar.

No comments: